Halo Sharon, hati2 ya dalam perjalanan. Karena tim nya baru pertama kali ketemu semua, mungkin komunikasi di awal agak canggung. Tapi semoga bisa berbaur semua ya. Have fun!
Kira-kira begitu isi pesan Whatsapp dari mas Andre.
Yup, kalau kalian lihat IG Story aku (@sharonlohh) minggu lalu, pasti kalian tau kalau aku ikut perjalanan #KompasEksplor bersama Ajeng, Eggy, dan Mas Parmin. Kami berempat melakukan perjalanan darat ke daerah-daerah wisata di Jawa Barat.
Awalnya memang sempat terpikir,
Cangguh nggak yah nanti? Belum pernah kenal sama semuanya lagi. Terus udah mau pergi aja 5 hari. Ah bodo amat, ga usa banyak mikir deh.
Tapi ternyata, 5 hari terasa singkat. Apalagi Ajeng & Eggy sering ‘berantem’ di dalam mobil. Haha. Lumayan menghibur.
Selama 5 hari, kami mengunjungi Purwakarta, Bandung, Kampung Naga, Santolo, Ujung Genteng, dan Sawarna.
Karena ceritanya panjang, aku bagi menjadi 3 bagian ya.
- Part 1 – Purwakarta, Bandung, Kampung Naga
- Part 2 – Santolo & Ujung Genteng
- Part 3 – Pelabuhan Ratu & SawarnaΒ (comingΒ soon!)
βΒ Β Day 1 #KompasEksplorΒ Β β
Hari pertama, dari Jakarta, kami langsung menuju ke Purwakarta dan berhenti di Bukit Panenjoan. Awalnya sempat ragu, mau pake sendal apa sepatu yah?
Jadi aku nanya deh ke Ajeng :
Di Bukit Panenjoan nanti, kita bakal mendaki nggak ya?
Ajeng & Eggy menjawab dengan pede dan galak:
Ya iya lah! Namanya juga bukit!
Oh…
Eh setelah sampai disana, ternyata jalanannya datar! Dasar, mereka!Β π«π
Jarak dari tempat parkir keΒ view pointΒ di Bukit Panenjoan hanya sekitar 500 meter. Yah, kira-kira 10 menit jalan santai lah.
Sebenarnya, dulu Bukit Panenjoan ini hanyalah area perbukitan yang kebetulan pemandangannya cantik. Bisa melihat area persawahan dan bukit yang hijau. Karena makin banyak orang yang berdatangan, akhirnya dikelola menjadi tempat wisata, lengkap denganΒ pondok untuk leyeh-leyeh.
Untuk memudahkan akses para pengujung yang manja seperti kita-kita ini, disini dibangun jembatan dari bambu, yang sepertinya dibangun supaya gampang kalau mau selfie, hihi.
Di salah satu area jembatan bambu, ada tempat untuk duduk-duduk, bahkan ada kursi goyang segala!
Eggy :
AJEGE! Fotoin gue disini, dari atas sono ya!
Ajeng :
Iyaa……
Hmm, tapi kok, kayaknya angle yang dipilihΒ Ajeng-yang-kurang-berbakat-foto itu, aneh ya. Ya sudah, aku foto juga deh.
Eh ternyata bagus! Jadi nyesel ga minta difotoin disini juga. Maklum, masih malu-malu,Β he he.
Bukit Panenjoan (Purwakarta)
Tiket masuk dewasa : Rp 5000 / orang
Tiket masuk anak2 : Rp 3000 / orang
Parkir mobil : Rp 5000 / mobil
Parkir motor : Rp 2000 / motor
Jam operasional : 09.00 – 17.00 WIB
Dari Bukit Panenjoan, kami seharusnya melanjutkan perjalanan keΒ Desa Wisata Sari Bunihayu. Tetapi berhubung sudah terlalu larut, kami memutuskan untuk langsung menuju ke Bandung saja untuk makan malam dan menginap.
Halo, Bandung! It’s been a while!
Sampai di Bandung, kami langsung makan malam di Braga Permai sebelum akhirnya istirahat, karena keesokan harinya, kami akan melanjutkan perjalanan ke Kampung Naga.
Tadinya sih kalau sempet, pingin ketemu temen2 foodies Bandung. Tapi ternyata udah kemaleman euy, jadi langsung bobo aja deh.
βΒ Β Day 2 #KompasEksplorΒ Β β
Hari kedua, sudah nggak terlalu canggung (fiuh!), kami melanjutkan perjalanan ke Kampung Naga. Letaknya di desaΒ Neglasari, Tasikmalaya. Sekitar 4 jam perjalanan darat dari Bandung. Ditambah 1 jam untuk makan siang.
Kami menyempatkan diri mampir di RM Megawati untuk makan siang, sebelum sampai di Kampung Naga. Sebenarnya ini pilihan random hasil cari sana sini di Google. Ternyata enak! Enak banget malah, menurutku. Apalagi sambelnya.
Setelah makan, lanjut deh ke Kampung Naga!
Kesan pertama saat sampai di Kampung Naga,
Oh wow, ternyata Kampung Naga nggak se-“kampung” yang aku bayangkan.
Kalau dilihat dari tempat parkirnya, Kampung Naga sepertinya emang tempat wisata ya? Karena bahkan di sana ada lahan parkir dan toko-toko souvenir. Tapi tetap saja, begitu masuk ke area Kampung Naga, rasanya emang beda nggak seperti di kota. You’ll see!
Kami pun jalan menuruni tangga menuju Kampung Naga. Oh ya, untuk masuk ke Kampung Naga, kita harus menggunakan jasa pemandu lokal.
Niatnya baik kok, cuma untuk mengawasi para pengunjung saja agar tidak berbuat yang aneh-aneh atau bahkan merusak Kampung Naga, supaya kita tetap mengikuti aturan setempat. Karena di sana, ada beberapa area yang tidak boleh difoto.
Ini rumahnya begini semua nih bentuknya?
Tanyaku dalam hati. Dan ternyata benar. Semua bangunan disini bentuknya hampir seragam semua, mayoritas berwarna putih berpadu coklat.
Nggak semua bangunan disini difungsikan sebagai rumah. Dari total 112 bangunan, ada 109 rumah dan sisanya bangunan umum, seperti masjid, tempat berkumpul, dan satu lagi lupa bangunan apaan, hehe.
Oh ya, di dalam Kampung Naga ada warung juga loh.
Di Kampung Naga, kami dipandu oleh Kang Eri. Menurut Kang Eri, Kampung Naga ini adalah desa adat yang jaraknya paling dekat dengan keramaian. Memang sih, untuk mencapai Kampung Naga, kita cukup berjalan kaki menuruni anak tangga kurang lebih 15 menit. Nggak jauh.
Tetapi, begitu sampai di Kampung Naga yang terletak di lembah, suasananya sungguh berbeda jauh dengan di jalan! Ada sungai, banyak pohon, dan tentunya jauh dari kebisingan jalan raya. Suasananya tenang sekali!
Di Kampung Naga, kami sempat diajak duduk-duduk di dalam salah satu rumah warga oleh Kang Eri, sambil nge-teh sore.
Mayoritas anak-anak di Kampung Naga bersekolah di luar kampung. Ada yang jalan kaki, ada yang naik kendaraan umum (seperti angkot). Menurut Kak Eri, masyarakat di Kampung Naga bebas untuk beraktivitas di luar kampung – nggak ada larangan. Tetapi, jika ingin pulang kembali ke Kampung Naga, segala sesuatu yang ia dapatkan dari luar, harus ditinggalkan. Mungkin karena itulah, suasana di Kampung Naga masih sangat tradisional ya? Keren!
Di malam hari, mereka menggunakan lampu petromaks. Oh satu lagi! Mereka punya hp juga kok, tapi karena listrik terbatas, merekaΒ chargeΒ hp mereka di suatu tempat di kampung itu (yang adaΒ charging station-nya).
Oh ya, tadi kan aku cerita kalau mau jalan ke Kampung Naga, kita cukup menuruni anak tangga sekitar 15 menit aja. Tapi oh tapi…Β climbing up is another story!Β
Lumayan juga naiknya, sukses bikin keringetanΒ π
Bahkan, ada yang sampe menyerah dan duduk sendirian – dan akhirnya ditinggal.
Dari Kampung Naga, kami melanjutkan perjalanan ke Santolo. Yup, kami akan bermalam di sana! Nantikan cerita selanjutnya tentang Santolo & Ujung Genteng yah! Akan ada banyak foto pantai di blog post selanjutnyaΒ βΊοΈ
Oh ya, selamaΒ road tripΒ di Jawa Barat ini, kami menggunakan mobil Isuzu Mu-X Royale. Salah satu yang bikin nyaman (selain karena kedap sekali, nggak kedengeran suara bising dari luar), yaitu bagasi nya yang luas. Walaupun bawaan kami ber-4 agak rempong (apalagi Ajeng, yang bawa 4 tas!!! Bayangin!), tempat duduk kami tetap lapang karena bagasinya luas.
See ya in the next story!
* This trip is sponsored by Kompas and Isuzu, but the experience told in this blog is real (no sugar coating, I promise you!)
Baca Juga :Β Sepotong Kenang Dari Tualang – tulisan Ajeng tentang road trip ini!
Dan kalau kalian scroll sampe ke bawah, adaΒ section “Perjalanan Penuh Kejutan” –Β ini tulisanku!
βΒ β β
Aaaa foto fotonya kece banget sih.
Duh jadi pengen ke Bandung
Kyaa terima kasih!
Kemarin cuma sebentar banget di Bandung, hehe. Iya sih jadi kangen Bandung, pingin agak lamaan. Tapi kalo weekend, nyerah deh :p
Bagus ya Mba’ tempat plus fotonya. Aku kira kampung yang di dalamnya banyak buah naga, haha. Ternyata kampung adat, hehe. Bisa buat menepi sejenak dari keramaian kota nih. Thanks for sharing. π
Hahaha kok aku ga kepikir dg buah naga ya!! ππ
Iya cantik banget, lumayan asik untuk mampir sore2 menenangkan diri dari hingar bingar kota. Thanks for reading, Julia! π
Waahhhh, foto2nya keren banget mbak, aku pikir ini kampung semacam perkebunan buah naga gitu hihihi
Hahaha wah kenapa pada mikir buah naga ya! Aku malah ga kepikir hihihi. Thank you udah baca! π Iya cantik banget kampungnya rapi, jadi fotonya juga ga susah hehe
setau aku, mereka yg punya hp kalo mau nge charge harus ke atas dulu, karna kan di kampungnya ga ada listrik, yes keatas, mendaki ratusan anak tangga itu LOL. aku juga pernah kesana bareng kampus, pas turun kaki gemeteran, pas naik pegel banget..
Oh itu cas nya di atas toh!! Bener juga ya, di dlm kan ga ada listrik hahaha. *baru ngeh*
Hihihi kenapa turun kaki gemeteran? π
Haha setuju pas naik nya, aku sampe naik langkah 2 tangga sekaligus biar cpt nyampe
emang pas turun ga gemeteran gitu ci kakinya? π
kebanyakan turun tangga jadi gemeteran gitu deh..
ga perlu nge gym lagi tuh, tinggal cardio naik turun tangga udah lumayan ngebakar kalori lah hahahah
Hi Sharon,
Setelah baca sharingnya, aku jadi tambah pengen ke Kp. Naga. Thanks for inspiring. Aku bookmark untuk kemudahanku mencari info in case beneran jalan ke sana. I’ve been your silent reader, but now I think it’s time for me to say HI to you.
Fotonya keren banget mba, jadi pingin ke Kampung Naga!